Rumah tidak laku-laku ini ada banyak penyebab nya, namun di artikel kali ini saya hanya ingin membahas dari sisi non teknis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai agen, sebagai pemilik dan juga sebagai pembeli.

Kebetulan di tahun 2020 ini saya Julianto Firman yang menulis artikel ini di ijinkan untuk mengalami 3 posisi tersebut. Dimana pada awal tahun 2020 saya harus memasarkan rumah keluarga sendiri untuk dijual disini saya bertindak sebagai (pemilik) karena rumah tersebut juga di titipkan kepada agen lain yang bertujuan agar rumah dapat terjual lebih cepat.

Kebetulan setelah menjual saya pun harus mulai mencari rumah untuk keluarga tinggal disini saya berkesempatan menjadi pembeli. Dan tidak lupa dari semua proses itu saya tetaplah seorang marketing properti yang sedang menjual rumah yang dititipkan oleh pemilik kepada tim INTERPRO Properti.

Berdasarkan pengalaman tersebut saya mampu memiliki 3 sudut pandang yang menarik dalam transaksi jual beli rumah yang ingin saya bagikan melalui tulisan singkat kali ini. Setidaknya ada 6 hal yang membuat rumah atau properti kita sulit laku terjual atau tersewa, mari kita bahas satu per satu.

  1. Pemilik tidak follow up agent
  2. Rumah sudah basi di pasaran
  3. Pemilik tidak rela di jual
  4. Pemilik tidak bekerja sama dengan baik dengan agent
  5. Marketing fee atau komisi terlalu rendah
  6. Berdoa lebih rajin

Mari kita bahas satu per satu secara singkat agar menjadi pelajaran bagi kita dalam menjual rumah atau properti kita semua.

Pertama : Tidak Follow Up Agent

Foto Agen Properti Jakarta

Loh, kok agent perlu di follow up? betul, agent juga manusia. Di pasar buyers market seperti tahun 2020 ini agent memiliki puluhan bahkan ratusan listing properti yang perlu dijual. Oleh karena itu penting untuk anda sebagai seorang pemilik untuk terus menjaga komunikasi terhadap agen ini.

Agen juga manusia, memiliki keterbatasan. Mereka tentu akan ingat pemilik mana yang selalu menjaga hubungan dengan baik. Apabila seorang pemiliki tidak menjaga hubungan, tentu agen akan bingung juga entah apakah properti ini masih dijual apa tidak? apalagi ketika agen mencoba untuk menghubungi anda dan malah anda yang tidak respon. Tentu properti tersebut tidak lagi menjadi prioritas dan bahkan sudah tidak di pasarkan lagi.

Hal ini kembali ke pembahasan penting untuk memilih agen yang anda percayai. Karena apabila anda sembarangan dalam memilih agen anda akan repot untuk follow up agent satu per satu. Ingat anda hanya perlu follow up mereka sekali-sekali. Contoh : rata rata waktu yang dibutuhkan untuk menjual rumah di wilayah Jakarta Barat seperti Permata Buana dan Puri Indah membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk menjual maka anda bisa mulai follow up tiap 2 minggu atau minimal sebulan sekali via wa chat atau sekedar telpon ngobrol santai.

Kedua : Rumah Sudah Basi di Pasaran

Foto Orang Gak Perduli

Kok rumah bisa basi? ya bisa, apalagi bila anda memasarkan rumah tersebut sendirian tanpa agen alias tanpa perantara. Dan harga yang anda minta tidak masuk akal, alias tidak laku dalam waktu yang lama. Hal ini menimbulkan sebuah sudut pandang pembeli bahwa rumah anda tidak perlu lagi diperhitungkan, karena berbagai hal misalnya :

  • Harga tidak masuk akal
  • Muncul anggapan pasti ada sesuatu yang “aneh” terhadap rumah tersebut makanya gak laku laku.
  • Owner tidak niat jual dan lain sebagainya.

Jadi bagaimana solusi terbaik? properti anda perlu istirahat sejenak, mulai dengan mencopot atau melepaskan spanduk anda. Lalu kemudian mulai diskusi dengan agen properti yang dapat di percayai akan rencana dan strategi terbaik untuk menjual rumah anda.

Ketiga : Tidak Rela Dijual

Foto Pemilik Rumah Gak Rela

Dari pengalaman sebagai agen properti dalam memasarkan sebuah rumah saya sudah bertemu dengan ratusan pemilik rumah. Di zaman yang sudah modern terkadang seorang agen properti mudah sekali melewatkan satu proses yang penting dalam menjual rumah yaitu vendor initial meeting.

Apa itu vendor initial meeting? sebuah pertemuan antara agen dengan pemilik rumah untuk membahas seluruh dari A-Z proses dan tahapan dalam menjual rumah dan termasuk di antara nya adalah sebuah pemahaman yang sama antara agen dan pemilik rumah untuk menjalani proses tersebut secara bersama-sama sebagai satu tim.

Namun dengan kecanggihan teknologi ini banyak sekali agen yang bahkan tidak kenal dengan pemilik nya dan akhirnya propertinya pun tidak pernah dikunjungi. Jadi agen tidak tahu bahwa ternyata salah satu anggota keluarga ada yang tidak rela agar rumah tersebut dijual. Dan ini bisa menjadi faktor penting dalam menjual sebuah properti. Inilah faktor non teknis yang perlu di selesaikan secara internal keluarga dengan cara di bahas dalam ruang lingkup keluarga besar.

Alasan orang tidak rela itu beragam, namun hal ini tidak bisa di anggap remeh, oleh karena itu penting untuk di cari tahu apa alasan orang itu tidak rela. Apakah mungkin memiliki nilai sejarah yang tak tergantikan, apakah karena harga? atau karena bingung akan proses transaksi jual beli rumah, dan lain lainnya. Hal ini perlu di cari tahu sebelum maju ke proses rumah tersebut di pasarkan.

Keempat : Tidak Bekerja Sama Dengan Agen, Tidak Percaya Agen dan Menganggap Agen hanya sebagai “Kacung”

Pemilik rumah sombong

Hal ini kerap terjadi di negara Asia yang memang profesi agen banyak di pandang sebelah mata oleh pemilik rumah. Berbeda dengan pengalaman saya ketika bekerja di Australia. Profesi agen adalah sebuah profesi yang sangat membantu pemilik rumah dan pembeli juga. Tentu ini berbanding lurus jika agen tersebut adalah agen yang handal. Bukan agen abal-abal.

Namun sedih nya pada kenyataan di Indonesia banyak teman agen yang “curhat” akan perlakukan dan komunikasi pemilik yang memandang remeh profesi dan jasa mereka ini. Dengan anda memandang sebelah mata jasa mereka ini, maka tidak heran rumah atau properti anda bukanlah menjadi prioritas dimata mereka. Mereka tentu mengutamakan pemilik yang menjaga komunikasi dengan baik bersama agen.

Bagaimana sebaiknya? Oleh karena itu penting untuk menjadikan seorang agen yang anda pilih sebagai teman dan tim anda yang kompak. Hal ini dapat tercermin dari gaya bicara anda terhadap dia dan juga gaya chatting tertulis anda. Maka agen yang juga seorang manusia yang memiliki hati ini akan berjuang bagi anda.

Kelima : Fee Marketing atau Komisi Anda Dibawah Garis “Kemiskinan”

Komisi agen properti

Ini sebenarnya faktor teknis, namun tidak di pungkiri bahwa ada faktor non teknis nya juga yaitu keputusan seorang agen sebagai manusia untuk mendahului atau memprioritaskan sebuah listing ketimbang listing lainnya. Hal ini berlaku umum di seluruh dunia.

Apabila anda sudah berumur di atas 17 tahun, dan pernah bekerja di sektor retail, sektor jasa dan juga sektor profesional lainnya tentu anda mengenal yang namanya Reward. Makin besar sebuah reward tentu berbanding lurus dengan effort (usaha) yang akan diberikan untuk mendapatkan reward tersebut.

Namun sungguh teramat disayangkan pola pikir kebanyakan orang banyak yang tidak rela untuk memberikan komisi kepada agen anda. Hal ini malah merugikan anda sendiri tanpa disadari. Kok rugi sendiri? mudah aja hitungannya. Apabila anda jual rumah dalam waktu cepat tentu uang itu bisa masuk ke deposit atau investasi saham atau anda sudah bisa fokus bekerja dan menghasilkan hal lain.

Namun anda lebih rela untuk berlama-lama jual rumah karena komisi anda kecil sehingga properti anda tidak menjadi prioritas dan akhirnya kesempatan untuk mendapatkan deposito, investasi saham dan fokus pada pekerjaan lainnya yang lebih menghasilkan hilang begitu saja tanpa anda sadari.

Pola pikir ini tidak mudah, mungkin anda perlu baca sekali lagi dan resapi. Apabila anda memberikan komisi kecil kepada agen, anda lebih banyak rugi sendiri ketimbang agen tersebut. Agen tersebut memprioritaskan properti yang lain kepada calon pembeli dan berhasil menjual properti tersebut dan mendapatkan komisi. Properti anda masih belum terjual. Dan lalu ada lagi properti baru dan memberikan komisi yang besar, dan agen menjadi fokus terhadap properti tersebut.

Jadi, siapa yang dirugikan kalau komisi nya kecil? ya anda sebagai pemilik rumah.

Keenam : Kurang Berdoa

Berdoa agar rumah terjual

Hal ini yang paling terakhir di daftar pembahasan artikel kali ini namun juga yang paling penting. Kita berada di Indonesia dengan sila pertama kita adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Oleh karena itu berdoalah dan bekerja dengan sebaik-baiknya. Niscaya rejeki akan datang tepat pada waktunya.

Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bisa membantu kita semua. Salam Sukes. Utk konsultasi properti wilayah Jakarta Barat hubungi INTERPRO di halaman Hubungi Kami